Deskripsi Wilayah Kerja

Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Rote Ndao ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor. SK. 333/Menhut-II/2010 tanggal 25 Maret 2010  dengan luas Wilayah KPHP Model Rote Ndao adalah 40.595 Ha yang terdiri dari 15.978 Ha di Kawasan Hutan Lindung dan 24.617 Ha di Kawasan Hutan Produksi yang kemudian mengalami perubahan sesuai dengan SK.3911/MENHUT-VII/KUH/2014 Tanggal 14 mei 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan di Provinsi Nusa tenggara Timur sehingga luas wilayah kerja KPHP Model Rote Ndao adalah 17.019,84 Ha yang terdiri dari 7.652,37 Ha di Kawasan Hutan Lindung dan 9.367,47 Ha di Kawasan Hutan Produksi
Kegiatan Sosialisasi KPH


Tabel 1. Administrasi Kecamatan dalam Wilayah Kerja KPH 
No.
Kecamatan
Luas
Ha
%
1
Rote Barat Daya
          407,94
2,40
2
Rote Barat Laut
       3.236,91
19,02
3
Lobalain
       1.857,19
10,91
4
Rote Tengah
       2.504,78
14,72
5
Rote Selatan
       1.779,07
10,45
6
Pantai Baru
       2.492,57
14,65
7
Rote Timur
          567,36
3,33
8
Landu Leko
       2.461,96
14,47
9
Rote  Barat
       1.712,05
10,06

Jumlah
    17.019,84
100,00
Luas Wilayah Kerja Per Kecamatan

- AKsessibilitas
Ketersediaan infrastruktur merupakan masukan penting dalam operasional pengelolaan hutan di lapangan, hal ini berkaitan dengan tingkat aksesibilitas atau tingkat keterjangkauan kawasan hutan. Selanjutnya tingkat aksesibilitas akan mempengaruhi intensitas pengelolaan, utamanya fungsi pengawasan hutan di mana wilayah kelola KPHP Rote Ndao yang cukup tersebar di beberapa lokasi.
Akses transportasi dan akomodasi ke daerah ini juga sudah cukup lengkap. Bandar Udara Lekunik merupakan akses transportasi utama menuju daerah ini yang terletak di Sanggaoen Kecamatan Lobalain yang berjarak 6,75 km dari Baa (Ibu Kota Kabupaten Rote Ndao). Bandara Lekunik menjadi salah satu alternatif transportasi masuk keluar Rote karena jarak tempuh berkisar 15 menit dari Kupang - Rote PP. Sedangkan untuk jalur laut terdapat 2 pelabuhan utama yaitu, Pelabuhan Baa sebagai tempat bersandarnya kapal Fery Express dari dan ke Kupang ibukota Provinsi NTT, dan Pelabuhan Pantai Baru yang melayani penyeberangan kapal ferry indonesia dari dan ke Rote. Pelabuhan Ferry Pantai Baru merupakan pelabuhan penyemberangan utama yang melayani mobilisasi orang dan barang dari Rote ke Kupang dengan frekuensi pelayaran setiap hari. Jarak penyeberangan yang relative pendek (kurang lebih 4 jam) menjadikan sarana transportasi ini menjadi penunjang ekonomi yang penting. Untuk transportasi darat yang menghubungkan daerah-daerah di pelosok Kabupaten Rote Ndao dapat diakses melalui Terminal Laitasi dan Terminal Metina di Kecamatan Lobalain, Terminal Baudale di Kecamatan Rote Tengah dan Terminal Pantai Baru di Kecamatan Pantai Baru. Jaringan jalan di wilayah kelola KPHP Rote Ndao secara umum merupakan jalan lintas kecamatan maupun antar desa dengan kondisi yang sudah diperkeras maupun jalan tanah

2.1.        penutupan lahan
Berdasarkan analisa data interpretasi citra satelit Landsat 8 Path Raw 111-67 liputan 14 April 2016, maka diperoleh informasi penutupan lahan KPHP Rote Ndao sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.3, Peta Citra Satelit yang tersaji dalam Gambar 2.4  dan Peta Penutupan Lahan yang tersaji dalam Gambar 2.5. Tutupan yang berhutan masih seluas 33,62% dari kawasan KPHP yang terdiri dari hutan lahan kering  sekunder  dan hutan mangrove sekunder, lokasinya terutama terletak di kawasan Hutan Lindung.  Sedangkan lahan yang tutupannya sudah tidak berhutan adalah seluas 66,38% yang didominasi belukar (52,66%). Selain belukar terdapat pula jenis tutupan non hutan seperti pertanian lahan kering, tanah terbuka, savana, pemukiman dan rawa. Hamparan savana merupakan bagian dari bentuk ekosistem khas berada di daerah ini.
Tabel 2.1.    Kondisi Penutupan Lahan pada KPHP Rote Ndao
No.
Penutupan Lahan
Luas
Ha
%
I
Berhutan
1
Hutan Sekunder
3.990,35
23,45
2
Hutan Mangrove Sekunder
1.731,57
10,17
Jumlah Berhutan
5.721,92
33,62
II
Non Hutan
1
Belukar
8.962,48
52,66
2
Pertanian Lahan Kering Campur Semak
505,05
2,97
3
Savana
1.463,26
8,60
4
Tanah Terbuka
188,95
1,11
5
Pemukiman
138,41
0,81
6
Rawa
21,32
0,13
7
Air
18,45
0,11
Jumlah Non Hutan
11.297,92
66,38
Jumlah
17.019,84
100,00
Sumber : Analisa Digital Hasil Interpretasi Citra Satelit


2.1.        topografi
Berdasarkan kajian data digital peta kelas lereng, menunjukkan bahwa sebagian besar KPHP Rote Ndao mempunyai kondisi topografi yang bervariasi dari datar sampai tingkat kelerengan curam. Kondisi Kelerengan KPHP Rote Ndao disajikan pada Tabel 2.3. dan Peta Kelas Lereng dapat dilihat pada  Gambar 2.4 sedangkan tampilan 3D topografinya dapat dilihat dalam Peta SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) yang tersaji dalam Gambar 2.5.
Tabel 2.1.    Kondisi Lereng pada KPHP Rote Ndao
No.
Kemiringan Lereng (%)
Kategori
Luas
Ha
%
1
< 2
Datar
          407,94
2,40
2
2-8
Landai
       3.236,91
19,02
3
9-15
Bergelombang
       1.857,19
10,91
4
16-25
Agak Curam
       2.504,78
14,72
5
26-40
Curam
       1.779,07
10,45

Jumlah

    17.019,84
100,00
Sumber : Analisa Digital Peta Lereng

Adapun berdasarkan ketinggian rata-rata tempat dari muka air laut pada masing-masing kecamatan berkisar antara 12 – 281 mdpl[1]. Kawasan dengan letak tertinggi yaitu di Kecamatan Rote Barat Laut (135 mdpl) dan Rote Selatan (281 mdpl).

2.2.        jenis tanah
Berdasarkan analisa data Peta Landsystem RePPProT (Regional Physical Planning Programme for Transmigration) diperoleh informasi berkaitan jenis tanah (sistem USDA) di wilayah kajian seperti tersaji dalam Tabel 2.4 sedangkan petanya tersaji dalam Gambar 2.9. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi Rhodustalfs, Calciustolls, Haplustalfs.



2.1.        pemanfaatan dan penggunaan kawasan
Sampai saat ini belum terdapat izin pemanfaatan maupun penggunaan di lokasi KPHP Rote Ndao. Sebenarnya ada beberapa potensi penggunaan kawasan hutan seperti Barit terdapat di Kecamatan Lobalain dan Rote Timur; Kalsit terdapat di Kecamtan Rote Barat Daya; Kalsedon terdapat di Kecamatan Rote Timur, Lobalain, Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Rote Barat Daya, Pantai Baru; Lempung terdapat di Kecamatan Lobalain, Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Pantai Baru, Rote Timur. Besi terdapat di Kecamatan Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Lobalain, Rote Tengah, Pantai Baru, Rote Timur; Sertu terdapat di kecamatan Labalain, Rote Tengah, Pantai Baru; Gipsum terdapat di Rote Barat Daya, Rote Tengah, Pantai Baru, Rote Timur, Lobalain; Batugamping terdapat di Rote Barat Daya, Lobalain, Rote Tengah, Rote Timur [1]
Sejak tahun 1987/1988 pemerintah pusat menugaskan Perum Perhutan Unit II Jawa Timur untuk melakukan kegiatan pembangunan hutan dengan pola HTI dan Hutan Kemasyarakatan (HKm) di 3 (tiga) kabupaten di wilayah Nusa Tenggara Timur, antara lain Kabupaten Rote-Ndao pada lahan kawasan hutan Hutan Produksi seluas 32.800 Ha. Luas areal yang direncanakan untuk dibangun oleh Perum Perhutani Unit II Jawa Timur di Kabupaten Rote-Ndao seluruhnya seluas 19.000 Ha. Namun yang terealisir di lapangan sejak tahun 1994/1995 sampai dengan 1997/1998 hanya seluas 4.584 Ha.
Jenis tanaman yang telah ditanam antara lain Jati (Tectona grandis), Johar (Casia siamea), Mahoni (Swetenia spp),  Gmelina (Gmelina arborea), Cendana (Santalum album), Ampupu (Eucaplyptus urophylla), Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum), Kayu Putih (Melaleuca leucadonron), Kayu Merah (Pterocarphus indicus), Nangka (Athrocarpus integra), Kemiri (Aleurites molucana), Jambu Mente (Anacardium ocidentale). Tanaman eks Perhutani tersebut telah ditinggalkan oleh Perhutani dan bersama aset lain yang ditinggalkan berupa bangunan kantor, gudang dan persemaian merupakan aset yang dikelola oleh KPHP Rote Ndao pada saat sekarang.

2.2.        potensi sumberdaya hutan
1.      Potensi Kayu
Hasil hutan kayu yang ada di KPHP Rote Ndao antara lain Jati (Tectona grandica), Johar (Casia siamea), Mahoni (Swetenia spp), Gmelina (Gmelina arborea), Cendana (Santaum album), Ampupu (Eucalyptus urophylla) dan Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum). Secara mayoritas merupakan hutan jati (sekitar 3.942 ha) dan sengon buto. Untuk pohon Jati (Tectona grandica), sebenarnya sudah berumur lebih dari 30 tahun (penanaman tahun 1975-1976) tetapi relatif diameter pohonnya belum bisa maksimal.

2.      Potensi Non Kayu
Potensi non kayu di kawasan hutan KPHP Rote Ndao antara lain:
§  Kayu Putih (Melaleuca leucadonron)
§  Kayu Merah (Pterocarphus indicus)
§  Nangka (Arthrocarpus integra)
§  Kemiri (Aleurites molucana)J
§  Jambu Mete (Anacardium ocidentale)
§  Kesambi (Shleicera oleosa)
§  Pengembangan kutulak, yaitu kutu yang ditularkan di pohon kesambi sehingga bisa menghasilkan sitlak sebagai bahan untuk membuatcat, terpentin dan lain lain.
§  Madu, banyak dihasilkan dari lebah yang berada dikawasan mangrove
§  Wisata Jasa lingkungan didaerah “OENO” yang mempunyai pemandangan alam cukup indah. Hutan di daerah oeno ini mayoritas adalah sengon buto. Kawasan ini menjadi special, karena dipulau rote yang rata rata daerah karang dan kapur yang tandus masih dijumpai mata air yang relatif bagus.

2.3.        sosial budaya
Pulau Rote, Pulau Ndao serta pulau-pulau disekitarnya terbagi dalam 19  nusa’ (suku).  Di dalam lingkungan nusa’ terdapat kelompok-kelompok kecil kumpulan beberapa keluarga yang memiliki  hubungan kekerabatan (leo). Dari kesembilan belas nusa’, terdapat delapan belas dialek. Di masa lalu terkadang terjadi benturan fisik; pemicunya adalah penguasaan atas sumber air. Untuk mempertahankannya, di Nusa’ Delha, dibangun benteng pertahanan dari batu gunung setinggi antara tiga sampai empat meter dengan ketebalan dinding sekitar satu setengah meter
Bahasa suku bangsa Rote pada hakekatnya satu (disebut bahasa Rote), namun bervariasi dialek menurut nusak masing-masing yang saling dapat dimengerti. Ciri yang menonjol dari bahasa Rote adalah bahasa sastra atau bahasa ritual. Bahasa sastra adalah satu bahasa khusus dan dapat segera dikenal sebagai bentuk bahasa yang digunakan dalam setiap kesempatan seperti: upacara adat, perundingan, salaman, nyanyian, tarian, dsb. Pada hakekatnya bahasa sastra merupakan pantun yang terdiri atas pasangan kata-kata berirama yang artinya bersamaan, misalnya: tolanok dudinok, dak esa fafan ma titiesa nonosini (saudara sekerabat dan seturunan). Untuk memperoleh kata-kata seirama dengan makna dan tujuan yang sama, biasanya diambil kata-kata majemuk, sehingga bahasa sastra itu merupakan satu kesatuan pengertian yang mendalam.
Belanda memperkenalkan bahasa Melayu kepada orang Rote sebagai sarana bahasa pendidikan. Bahasa Melayu ini mudah diterima dan dipergunakan secara luar karena hampir sama dengan bahasa sastra orang Rote. Pada perkembangan lebih lanjut, bahasa Melayu berkembang menjadi bahasa Indonesia yang sampai sekarang menjadi bahasa lintas suku dan pemersatu bangsa, termasuk orang Rote.







2.1.        KEPENDUDUKAN
KPHP Rote Ndao masuk dalam 9 (sembilan) wilayah kecamatan. Jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga disekitar lokasi KPHP ini dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.1.        Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga di Sekitar KPHP Rote Ndao
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Jumlah Penduduk
Jumlah Rumah Tangga
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1.
Rote Barat Daya
1.
Oeseli
975
880
1.855
412
2.
Oebou
674
676
1.350
332
3.
Lalukoen
884
861
1.745
408
4.
Oetefu
874
808
1.682
412
5.
Oehandi
1.007
983
1.990
398
6.
Meoain
1.046
1.056
2.102
415
7.
Oebafok
820
810
1.630
370
8.
Batutua
965
1.036
2.001
465
9.
Dolasi
637
589
1.226
298
10.
Lekik
514
473
987
248
11.
Oebatu
1.168
1.092
2.260
452
12.
Mbokak
952
978
1.930
426
13.
Oelasin
1.394
1.343
2.737
618
14.
Landu
414
416
830
192
Jumlah
12.324
12.001
24.325
5.446
2.
Rote Barat Laut
1.
Lidor
1.014
1.006
2.020
455
2.
Temas
681
704
1.385
348
3.
Modosinal
725
702
1.427
347
4.
Busalangga
1.896
1.886
3.782
976
5.
Oetutulu
1.024
1.086
2.110
505
6.
Daudolu
553
571
1.124
416
7.
Netenaen
1.152
1.219
2.371
686
8.
Ingguinak
770
753
1.523
334
9.
Oelua
1.580
1.670
3.250
803
10.
Tolama
1.137
1.091
2.228
557
11.
Oebela
708
654
1.362
326
12.
Boni
1.321
1.311
2.632
654
13.
Tualima
296
268
564
163
Jumlah
12.857
12.921
25.778
6.570
3.
Lobalain
1.
Kuli
1.145
1.159
2.304
567
2.
Suelain
434
409
843
200
3.
Bebalain
744
668
1.412
321
4.
Kolobolon
744
742
1.486
346
5.
Oematamboli
792
742
1.534
388
6.
Helebeik
968
893
1.861
410
7.
Oelunggu
1.317
1.259
2.576
610
8.
Mokdale
2.462
2.267
4.729
1.521
9.
Sanggaoen
1.333
1.270
2.603
640
10.
Holoama
872
714
1.586
395
11.
Tuanatuk
464
409
873
235
12.
Baadale
743
688
1.431
315
13.
Namodale
1.980
1.775
3.755
792
14.
Metina
1.847
1.711
3.558
755
Jumlah
15.845
14.706
30.551
7.495
4.
Rote Tengah
1.
Lidabesi
579
560
1.139
261
2.
Limakoli
352
325
677
162
3.
Suebela
584
535
1.119
284
4.
Nggodimeda
933
926
1.859
493
5.
Lidamanu
829
747
1.576
413
6.
Maubesi
874
865
1.739
317
7.
Onotali
937
884
1.821
448
Jumlah
5.088
4.842
9.930
2.378
5.
Rote Selatan
1.
Inaoe
444
425
869
205
2.
Dodaek
272
258
530
116
3.
Tebole
814
756
1.570
220
4.
Daleholu
1.059
1.102
2.161
442
5.
Lenguselu
652
594
1.246
299
Jumlah
3.241
3.135
6.376
9.511
6.
Pantai Baru
1.
Nusakdale
573
508
1.081
200
2.
Batulilok
384
392
776
212
3.
Lenupetu
269
252
521
250
4.
Sonimanu
287
275
562
171
5.
Oebau
584
521
1.105
278
6.
Oeledo
903
849
1.752
379
7.
Keoen
769
688
1.457
425
8.
Edalode
583
595
1.178
280
9.
Olafulihaa
1.244
1.171
2.415
525
10.
Tunganamo
1.319
1.317
2.636
639
11.
Tesabela
901
894
1.795
518
Jumlah
7.816
7.462
15.278
3.877
7.
Rote Timur
1.
Lakamola
1.265
1.194
2.459
2.016
2.
Mukekuku
1.374
1.298
2.672
2.187
3.
Faifua
520
485
1.005
797
4.
Hundihopo
582
583
1.165
970
5.
Londalusi
2.354
2.309
4.663
4.056
6.
Serubeba
1.042
1.009
2.051
1.603
7.
Matasio
461
427
888
727
Jumlah
7.598
7.305
14.903
12.356
8.
Landu Leko
1.
Bolatena
459
435
894
268
2.
Sotimori
352
284
636
164
3.
Daiama
662
668
1.330
420
4.
Lifuleo
481
486
967
249
5.
Daurendale
382
363
745
183
6.
Pukuafu
224
228
452
124
Jumlah
2.560
2.464
5.024
1.408
9.
Rote Barat
1.
Oenggaut
654
652
1.306
1.745
2.
Nemberala
643
632
1.275
1.141
3.
Sedeoen
607
609
1.216
917
4.
Bo’a
430
418
848
712
5.
Oenitas
1.096
982
2.078
1.094
6.
Oelolot
692
650
1.342
1.109
7.
Mbueain
541
545
1.086
1.034
Jumlah
4.663
4.488
9.151
7.752
Jumlah
71.992
69.324
141.316
56.793
                                                                                Sumber : Data BPS 2015 dan 2016 (Kecamatan Dalam Angka)


2.2.        KElemBAGAAN KPHP ROTE NDAO
Struktur organisasi KPH (KPHL dan KPHP) yang ada sampai dengan saat ini mengacu pada PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi di Daerah. Kedua Peraturan Pemerintah tersebut memposisikan KPH sebagai bagian dari struktur organisasi daerah berupa Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas yang membawahi bidang kehutanan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Daerah bersangkutan. Sementara itu, struktur organisasi KPHK ditetapkan oleh Menteri Kehutanan sehingga susunan organisasinya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di Kementerian Kehutanan.
Organisasi KPHL dan KPHP Provinsi, Kabupaten/Kota terdiri dari Tipe A dan Tipe B. Penentuan klasifikasi KPHL dan KPHP Provinsi, Kabupaten/Kota ditetapkan berdasarkan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Susunan organisasi KPHL atau KPHP Provinsi, Kabupaten/Kota Tipe A, terdiri dari:
1.      Kepala; dengan jabatan struktural eselon III.a.
2.      Subbagian Tata Usaha; dengan jabatan struktural eselon IV.a.
3.      Seksi paling banyak 2 (dua) seksi; dengan jabatan struktural eselon IV.a.
4.      Kelompok jabatan fungsional.
Gambar 2.16. Bagan struktur organisasi KPHL dan KPHP Provinsi dan Kabupaten/Kota Tipe A.

Susunan organisasi KPHL atau KPHP Provinsi, Kabupaten/Kota Tipe B, terdiri dari:
1.      Kepala; dengan jabatan struktural eselon IV.a.
2.      Subbagian Tata Usaha; dengan jabatan struktural eselon IV.b.
3.      Kelompok jabatan fungsional.
Gambar 2.17. Bagan struktur organisasi KPHL dan KPHP Provinsi dan Kabupaten/Kota Tipe B.


[1] http://kph.dephut.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=395:kphp-rote-ndao&catid=134:nusa-tenggara-timur&Itemid=339





Komentar

Postingan populer dari blog ini

POTENSI WISATA ALAM DI WIL. KERJA UPT-KPH ROTE NDAO