Deskripsi Wilayah Kerja
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Rote Ndao ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan RI Nomor. SK. 333/Menhut-II/2010 tanggal 25 Maret 2010 dengan luas Wilayah KPHP Model Rote Ndao
adalah 40.595 Ha yang terdiri dari 15.978 Ha di Kawasan Hutan Lindung dan
24.617 Ha di Kawasan Hutan Produksi yang kemudian mengalami perubahan sesuai
dengan SK.3911/MENHUT-VII/KUH/2014 Tanggal 14 mei 2014 tentang Kawasan Hutan
dan Konservasi Perairan di Provinsi Nusa tenggara Timur sehingga luas wilayah
kerja KPHP Model Rote Ndao adalah 17.019,84 Ha yang terdiri dari 7.652,37 Ha di
Kawasan Hutan Lindung dan 9.367,47 Ha di Kawasan Hutan Produksi
Luas Wilayah Kerja Per Kecamatan
- AKsessibilitas
Ketersediaan infrastruktur merupakan masukan
penting dalam operasional pengelolaan hutan di lapangan, hal ini berkaitan
dengan tingkat aksesibilitas atau tingkat keterjangkauan kawasan hutan.
Selanjutnya tingkat aksesibilitas akan mempengaruhi intensitas pengelolaan,
utamanya fungsi pengawasan hutan di mana wilayah kelola KPHP Rote Ndao yang
cukup tersebar di beberapa lokasi.
Akses transportasi dan akomodasi ke daerah ini juga
sudah cukup lengkap. Bandar Udara Lekunik merupakan akses transportasi utama menuju
daerah ini yang terletak di Sanggaoen Kecamatan Lobalain yang
berjarak 6,75 km dari Baa (Ibu Kota Kabupaten Rote Ndao). Bandara Lekunik
menjadi salah satu alternatif transportasi masuk keluar Rote karena jarak
tempuh berkisar 15 menit dari Kupang - Rote PP. Sedangkan untuk jalur laut terdapat 2
pelabuhan utama yaitu, Pelabuhan Baa sebagai tempat bersandarnya kapal Fery Express dari dan ke Kupang ibukota Provinsi NTT, dan Pelabuhan
Pantai Baru yang melayani penyeberangan kapal ferry
indonesia dari dan ke Rote. Pelabuhan Ferry Pantai
Baru merupakan pelabuhan penyemberangan utama yang melayani mobilisasi orang
dan barang dari Rote ke Kupang dengan frekuensi pelayaran setiap hari. Jarak
penyeberangan yang relative pendek (kurang lebih 4 jam) menjadikan sarana
transportasi ini menjadi penunjang ekonomi yang penting. Untuk transportasi darat yang menghubungkan daerah-daerah di pelosok
Kabupaten Rote Ndao dapat diakses melalui Terminal Laitasi dan Terminal Metina
di Kecamatan Lobalain, Terminal Baudale di Kecamatan Rote Tengah dan Terminal
Pantai Baru di Kecamatan Pantai Baru. Jaringan jalan di wilayah kelola KPHP Rote
Ndao secara umum merupakan
jalan lintas kecamatan maupun antar desa dengan kondisi yang sudah diperkeras
maupun jalan tanah
2.1.
penutupan lahan
Berdasarkan analisa data interpretasi citra satelit
Landsat 8 Path Raw 111-67
liputan 14 April 2016, maka diperoleh informasi penutupan
lahan KPHP Rote Ndao sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.3, Peta Citra Satelit yang tersaji dalam Gambar 2.4 dan Peta Penutupan Lahan yang tersaji dalam Gambar 2.5. Tutupan yang berhutan masih seluas 33,62% dari kawasan KPHP yang terdiri dari hutan lahan kering
sekunder dan hutan mangrove
sekunder, lokasinya terutama terletak di kawasan Hutan Lindung. Sedangkan lahan yang tutupannya sudah tidak
berhutan adalah seluas 66,38% yang didominasi belukar (52,66%).
Selain belukar terdapat pula jenis tutupan non hutan seperti pertanian lahan
kering, tanah terbuka, savana, pemukiman dan rawa. Hamparan savana merupakan
bagian dari bentuk ekosistem khas berada di daerah ini.
Tabel 2.1.
Kondisi
Penutupan Lahan pada KPHP Rote Ndao
No.
|
Penutupan
Lahan
|
Luas
|
|
Ha
|
%
|
||
I
|
Berhutan
|
||
1
|
Hutan Sekunder
|
3.990,35
|
23,45
|
2
|
Hutan Mangrove Sekunder
|
1.731,57
|
10,17
|
Jumlah Berhutan
|
5.721,92
|
33,62
|
|
II
|
Non Hutan
|
||
1
|
Belukar
|
8.962,48
|
52,66
|
2
|
Pertanian Lahan Kering
Campur Semak
|
505,05
|
2,97
|
3
|
Savana
|
1.463,26
|
8,60
|
4
|
Tanah Terbuka
|
188,95
|
1,11
|
5
|
Pemukiman
|
138,41
|
0,81
|
6
|
Rawa
|
21,32
|
0,13
|
7
|
Air
|
18,45
|
0,11
|
Jumlah Non Hutan
|
11.297,92
|
66,38
|
|
Jumlah
|
17.019,84
|
100,00
|
Sumber : Analisa Digital Hasil Interpretasi
Citra Satelit
2.1.
topografi
Berdasarkan
kajian data digital peta kelas lereng, menunjukkan bahwa sebagian besar KPHP
Rote Ndao mempunyai kondisi topografi yang bervariasi dari datar sampai tingkat
kelerengan curam. Kondisi Kelerengan KPHP Rote Ndao disajikan pada Tabel 2.3. dan Peta Kelas Lereng dapat dilihat pada
Gambar 2.4 sedangkan tampilan 3D topografinya dapat dilihat dalam Peta
SRTM (Shuttle Radar Topography Mission)
yang tersaji dalam Gambar 2.5.
Tabel 2.1.
Kondisi
Lereng pada KPHP Rote Ndao
No.
|
Kemiringan
Lereng (%)
|
Kategori
|
Luas
|
|
Ha
|
%
|
|||
1
|
< 2
|
Datar
|
407,94
|
2,40
|
2
|
2-8
|
Landai
|
3.236,91
|
19,02
|
3
|
9-15
|
Bergelombang
|
1.857,19
|
10,91
|
4
|
16-25
|
Agak Curam
|
2.504,78
|
14,72
|
5
|
26-40
|
Curam
|
1.779,07
|
10,45
|
Jumlah
|
17.019,84
|
100,00
|
Sumber : Analisa Digital Peta Lereng
Adapun berdasarkan ketinggian rata-rata tempat dari
muka air laut pada masing-masing kecamatan berkisar antara 12 – 281 mdpl[1].
Kawasan dengan letak tertinggi yaitu di Kecamatan Rote Barat Laut (135 mdpl)
dan Rote Selatan (281 mdpl).
2.2.
jenis tanah
Berdasarkan analisa data Peta Landsystem
RePPProT (Regional Physical Planning
Programme for Transmigration) diperoleh informasi berkaitan jenis tanah
(sistem USDA) di wilayah kajian seperti tersaji dalam Tabel 2.4 sedangkan petanya
tersaji dalam Gambar 2.9. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi Rhodustalfs, Calciustolls, Haplustalfs.
2.1.
pemanfaatan dan
penggunaan kawasan
Sampai saat ini
belum terdapat izin pemanfaatan maupun penggunaan di lokasi KPHP Rote Ndao.
Sebenarnya ada beberapa potensi penggunaan kawasan hutan seperti Barit terdapat
di Kecamatan Lobalain dan Rote Timur; Kalsit terdapat di Kecamtan Rote Barat
Daya; Kalsedon terdapat di Kecamatan Rote Timur, Lobalain, Rote Barat Daya,
Rote Barat Laut, Rote Barat Daya, Pantai Baru; Lempung terdapat di Kecamatan
Lobalain, Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Pantai Baru, Rote Timur. Besi
terdapat di Kecamatan Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Lobalain, Rote Tengah,
Pantai Baru, Rote Timur; Sertu terdapat di kecamatan Labalain, Rote Tengah,
Pantai Baru; Gipsum terdapat di Rote Barat Daya, Rote Tengah, Pantai Baru, Rote
Timur, Lobalain; Batugamping terdapat di Rote Barat Daya, Lobalain, Rote
Tengah, Rote Timur [1]
Sejak tahun
1987/1988 pemerintah pusat menugaskan Perum Perhutan Unit II Jawa Timur untuk
melakukan kegiatan pembangunan hutan dengan pola HTI dan Hutan Kemasyarakatan
(HKm) di 3 (tiga) kabupaten di wilayah Nusa Tenggara Timur, antara lain
Kabupaten Rote-Ndao pada lahan kawasan hutan Hutan Produksi seluas 32.800 Ha. Luas
areal yang direncanakan untuk dibangun oleh Perum Perhutani Unit II Jawa Timur
di Kabupaten Rote-Ndao seluruhnya seluas 19.000 Ha. Namun yang terealisir di
lapangan sejak tahun 1994/1995 sampai dengan 1997/1998 hanya seluas 4.584 Ha.
Jenis tanaman
yang telah ditanam antara lain Jati (Tectona
grandis), Johar (Casia siamea),
Mahoni (Swetenia spp), Gmelina (Gmelina
arborea), Cendana (Santalum album),
Ampupu (Eucaplyptus urophylla),
Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum),
Kayu Putih (Melaleuca leucadonron),
Kayu Merah (Pterocarphus indicus),
Nangka (Athrocarpus integra), Kemiri
(Aleurites molucana), Jambu Mente (Anacardium ocidentale). Tanaman eks
Perhutani tersebut telah ditinggalkan oleh Perhutani dan bersama aset lain yang
ditinggalkan berupa bangunan kantor, gudang dan persemaian merupakan aset yang
dikelola oleh KPHP Rote Ndao pada saat sekarang.
2.2.
potensi
sumberdaya hutan
1.
Potensi Kayu
Hasil hutan kayu yang
ada di KPHP Rote Ndao antara lain Jati (Tectona
grandica), Johar (Casia siamea),
Mahoni (Swetenia spp), Gmelina (Gmelina arborea), Cendana (Santaum album), Ampupu (Eucalyptus urophylla) dan Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum). Secara mayoritas
merupakan hutan jati (sekitar 3.942 ha) dan sengon buto. Untuk pohon Jati (Tectona grandica), sebenarnya sudah
berumur lebih dari 30 tahun (penanaman tahun 1975-1976) tetapi relatif diameter
pohonnya belum bisa maksimal.
2.
Potensi Non Kayu
Potensi non kayu di
kawasan hutan KPHP Rote Ndao antara lain:
§ Kayu Putih (Melaleuca
leucadonron)
§ Kayu Merah (Pterocarphus
indicus)
§ Nangka (Arthrocarpus
integra)
§ Kemiri (Aleurites
molucana)J
§ Jambu Mete (Anacardium ocidentale)
§ Kesambi (Shleicera
oleosa)
§ Pengembangan kutulak, yaitu kutu yang ditularkan di pohon
kesambi sehingga bisa menghasilkan sitlak sebagai bahan untuk membuatcat,
terpentin dan lain lain.
§ Madu, banyak dihasilkan dari lebah yang berada dikawasan mangrove
§ Wisata Jasa lingkungan didaerah “OENO” yang mempunyai
pemandangan alam cukup indah. Hutan di daerah oeno ini mayoritas adalah sengon
buto. Kawasan ini menjadi special, karena dipulau rote yang rata rata daerah
karang dan kapur yang tandus masih dijumpai mata air yang relatif bagus.
2.3.
sosial budaya
Pulau Rote, Pulau Ndao serta pulau-pulau disekitarnya terbagi
dalam 19 nusa’ (suku). Di dalam
lingkungan nusa’ terdapat
kelompok-kelompok kecil kumpulan beberapa keluarga yang memiliki hubungan kekerabatan (leo). Dari kesembilan belas nusa’,
terdapat delapan belas dialek. Di masa lalu terkadang terjadi benturan fisik;
pemicunya adalah penguasaan atas sumber air. Untuk mempertahankannya, di Nusa’ Delha, dibangun benteng pertahanan
dari batu gunung setinggi antara tiga sampai empat meter dengan ketebalan
dinding sekitar satu setengah meter
Bahasa suku bangsa Rote pada hakekatnya satu (disebut bahasa
Rote), namun bervariasi dialek menurut nusak masing-masing yang saling dapat
dimengerti. Ciri yang menonjol dari bahasa Rote adalah bahasa sastra atau
bahasa ritual. Bahasa sastra adalah satu bahasa khusus dan dapat segera dikenal
sebagai bentuk bahasa yang digunakan dalam setiap kesempatan seperti: upacara
adat, perundingan, salaman, nyanyian, tarian, dsb. Pada hakekatnya bahasa
sastra merupakan pantun yang terdiri atas pasangan kata-kata berirama yang
artinya bersamaan, misalnya: tolanok
dudinok, dak esa fafan ma titiesa
nonosini (saudara sekerabat dan seturunan). Untuk memperoleh kata-kata
seirama dengan makna dan tujuan yang sama, biasanya diambil kata-kata majemuk,
sehingga bahasa sastra itu merupakan satu kesatuan pengertian yang mendalam.
Belanda memperkenalkan bahasa Melayu kepada orang Rote
sebagai sarana bahasa pendidikan. Bahasa Melayu ini mudah diterima dan
dipergunakan secara luar karena hampir sama dengan bahasa sastra orang Rote.
Pada perkembangan lebih lanjut, bahasa Melayu berkembang menjadi bahasa Indonesia
yang sampai sekarang menjadi bahasa lintas suku dan pemersatu bangsa, termasuk
orang Rote.
2.1.
KEPENDUDUKAN
KPHP
Rote Ndao masuk dalam 9
(sembilan) wilayah kecamatan. Jumlah
penduduk dan jumlah
rumah tangga disekitar lokasi KPHP ini dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.1.
Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga di Sekitar
KPHP Rote Ndao
Kecamatan
|
Desa/Kelurahan
|
Jumlah Penduduk
|
Jumlah Rumah Tangga
|
||||
Laki-Laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
|||||
1.
|
Rote Barat Daya
|
1.
|
Oeseli
|
975
|
880
|
1.855
|
412
|
2.
|
Oebou
|
674
|
676
|
1.350
|
332
|
||
3.
|
Lalukoen
|
884
|
861
|
1.745
|
408
|
||
4.
|
Oetefu
|
874
|
808
|
1.682
|
412
|
||
5.
|
Oehandi
|
1.007
|
983
|
1.990
|
398
|
||
6.
|
Meoain
|
1.046
|
1.056
|
2.102
|
415
|
||
7.
|
Oebafok
|
820
|
810
|
1.630
|
370
|
||
8.
|
Batutua
|
965
|
1.036
|
2.001
|
465
|
||
9.
|
Dolasi
|
637
|
589
|
1.226
|
298
|
||
10.
|
Lekik
|
514
|
473
|
987
|
248
|
||
11.
|
Oebatu
|
1.168
|
1.092
|
2.260
|
452
|
||
12.
|
Mbokak
|
952
|
978
|
1.930
|
426
|
||
13.
|
Oelasin
|
1.394
|
1.343
|
2.737
|
618
|
||
14.
|
Landu
|
414
|
416
|
830
|
192
|
||
Jumlah
|
12.324
|
12.001
|
24.325
|
5.446
|
|||
2.
|
Rote Barat Laut
|
1.
|
Lidor
|
1.014
|
1.006
|
2.020
|
455
|
2.
|
Temas
|
681
|
704
|
1.385
|
348
|
||
3.
|
Modosinal
|
725
|
702
|
1.427
|
347
|
||
4.
|
Busalangga
|
1.896
|
1.886
|
3.782
|
976
|
||
5.
|
Oetutulu
|
1.024
|
1.086
|
2.110
|
505
|
||
6.
|
Daudolu
|
553
|
571
|
1.124
|
416
|
||
7.
|
Netenaen
|
1.152
|
1.219
|
2.371
|
686
|
||
8.
|
Ingguinak
|
770
|
753
|
1.523
|
334
|
||
9.
|
Oelua
|
1.580
|
1.670
|
3.250
|
803
|
||
10.
|
Tolama
|
1.137
|
1.091
|
2.228
|
557
|
||
11.
|
Oebela
|
708
|
654
|
1.362
|
326
|
||
12.
|
Boni
|
1.321
|
1.311
|
2.632
|
654
|
||
13.
|
Tualima
|
296
|
268
|
564
|
163
|
||
Jumlah
|
12.857
|
12.921
|
25.778
|
6.570
|
|||
3.
|
Lobalain
|
1.
|
Kuli
|
1.145
|
1.159
|
2.304
|
567
|
2.
|
Suelain
|
434
|
409
|
843
|
200
|
||
3.
|
Bebalain
|
744
|
668
|
1.412
|
321
|
||
4.
|
Kolobolon
|
744
|
742
|
1.486
|
346
|
||
5.
|
Oematamboli
|
792
|
742
|
1.534
|
388
|
||
6.
|
Helebeik
|
968
|
893
|
1.861
|
410
|
||
7.
|
Oelunggu
|
1.317
|
1.259
|
2.576
|
610
|
||
8.
|
Mokdale
|
2.462
|
2.267
|
4.729
|
1.521
|
||
9.
|
Sanggaoen
|
1.333
|
1.270
|
2.603
|
640
|
||
10.
|
Holoama
|
872
|
714
|
1.586
|
395
|
||
11.
|
Tuanatuk
|
464
|
409
|
873
|
235
|
||
12.
|
Baadale
|
743
|
688
|
1.431
|
315
|
||
13.
|
Namodale
|
1.980
|
1.775
|
3.755
|
792
|
||
14.
|
Metina
|
1.847
|
1.711
|
3.558
|
755
|
||
Jumlah
|
15.845
|
14.706
|
30.551
|
7.495
|
|||
4.
|
Rote Tengah
|
1.
|
Lidabesi
|
579
|
560
|
1.139
|
261
|
2.
|
Limakoli
|
352
|
325
|
677
|
162
|
||
3.
|
Suebela
|
584
|
535
|
1.119
|
284
|
||
4.
|
Nggodimeda
|
933
|
926
|
1.859
|
493
|
||
5.
|
Lidamanu
|
829
|
747
|
1.576
|
413
|
||
6.
|
Maubesi
|
874
|
865
|
1.739
|
317
|
||
7.
|
Onotali
|
937
|
884
|
1.821
|
448
|
||
Jumlah
|
5.088
|
4.842
|
9.930
|
2.378
|
|||
5.
|
Rote Selatan
|
1.
|
Inaoe
|
444
|
425
|
869
|
205
|
2.
|
Dodaek
|
272
|
258
|
530
|
116
|
||
3.
|
Tebole
|
814
|
756
|
1.570
|
220
|
||
4.
|
Daleholu
|
1.059
|
1.102
|
2.161
|
442
|
||
5.
|
Lenguselu
|
652
|
594
|
1.246
|
299
|
||
Jumlah
|
3.241
|
3.135
|
6.376
|
9.511
|
|||
6.
|
Pantai Baru
|
1.
|
Nusakdale
|
573
|
508
|
1.081
|
200
|
2.
|
Batulilok
|
384
|
392
|
776
|
212
|
||
3.
|
Lenupetu
|
269
|
252
|
521
|
250
|
||
4.
|
Sonimanu
|
287
|
275
|
562
|
171
|
||
5.
|
Oebau
|
584
|
521
|
1.105
|
278
|
||
6.
|
Oeledo
|
903
|
849
|
1.752
|
379
|
||
7.
|
Keoen
|
769
|
688
|
1.457
|
425
|
||
8.
|
Edalode
|
583
|
595
|
1.178
|
280
|
||
9.
|
Olafulihaa
|
1.244
|
1.171
|
2.415
|
525
|
||
10.
|
Tunganamo
|
1.319
|
1.317
|
2.636
|
639
|
||
11.
|
Tesabela
|
901
|
894
|
1.795
|
518
|
||
Jumlah
|
7.816
|
7.462
|
15.278
|
3.877
|
|||
7.
|
Rote Timur
|
1.
|
Lakamola
|
1.265
|
1.194
|
2.459
|
2.016
|
2.
|
Mukekuku
|
1.374
|
1.298
|
2.672
|
2.187
|
||
3.
|
Faifua
|
520
|
485
|
1.005
|
797
|
||
4.
|
Hundihopo
|
582
|
583
|
1.165
|
970
|
||
5.
|
Londalusi
|
2.354
|
2.309
|
4.663
|
4.056
|
||
6.
|
Serubeba
|
1.042
|
1.009
|
2.051
|
1.603
|
||
7.
|
Matasio
|
461
|
427
|
888
|
727
|
||
Jumlah
|
7.598
|
7.305
|
14.903
|
12.356
|
|||
8.
|
Landu Leko
|
1.
|
Bolatena
|
459
|
435
|
894
|
268
|
2.
|
Sotimori
|
352
|
284
|
636
|
164
|
||
3.
|
Daiama
|
662
|
668
|
1.330
|
420
|
||
4.
|
Lifuleo
|
481
|
486
|
967
|
249
|
||
5.
|
Daurendale
|
382
|
363
|
745
|
183
|
||
6.
|
Pukuafu
|
224
|
228
|
452
|
124
|
||
Jumlah
|
2.560
|
2.464
|
5.024
|
1.408
|
|||
9.
|
Rote Barat
|
1.
|
Oenggaut
|
654
|
652
|
1.306
|
1.745
|
2.
|
Nemberala
|
643
|
632
|
1.275
|
1.141
|
||
3.
|
Sedeoen
|
607
|
609
|
1.216
|
917
|
||
4.
|
Bo’a
|
430
|
418
|
848
|
712
|
||
5.
|
Oenitas
|
1.096
|
982
|
2.078
|
1.094
|
||
6.
|
Oelolot
|
692
|
650
|
1.342
|
1.109
|
||
7.
|
Mbueain
|
541
|
545
|
1.086
|
1.034
|
||
Jumlah
|
4.663
|
4.488
|
9.151
|
7.752
|
|||
Jumlah
|
71.992
|
69.324
|
141.316
|
56.793
|
Sumber : Data BPS 2015
dan 2016 (Kecamatan Dalam Angka)
2.2.
KElemBAGAAN
KPHP ROTE NDAO
Struktur
organisasi KPH (KPHL dan KPHP) yang ada sampai dengan saat ini mengacu pada PP
No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 61 Tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi di
Daerah. Kedua Peraturan Pemerintah tersebut memposisikan KPH sebagai bagian
dari struktur organisasi daerah berupa Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Dinas yang membawahi bidang kehutanan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Pemerintah Daerah bersangkutan. Sementara itu, struktur organisasi KPHK
ditetapkan oleh Menteri Kehutanan sehingga susunan organisasinya berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku di Kementerian Kehutanan.
Organisasi
KPHL dan KPHP Provinsi, Kabupaten/Kota terdiri dari Tipe A dan Tipe B.
Penentuan klasifikasi KPHL dan KPHP Provinsi, Kabupaten/Kota ditetapkan
berdasarkan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Susunan
organisasi KPHL atau KPHP Provinsi, Kabupaten/Kota Tipe A, terdiri dari:
1. Kepala;
dengan jabatan struktural eselon III.a.
2. Subbagian Tata Usaha; dengan jabatan struktural eselon IV.a.
3. Seksi paling banyak 2 (dua) seksi; dengan jabatan struktural eselon
IV.a.
4. Kelompok jabatan fungsional.
Gambar 2.16.
Bagan struktur organisasi KPHL dan KPHP Provinsi dan Kabupaten/Kota Tipe A.
Susunan
organisasi KPHL atau KPHP Provinsi, Kabupaten/Kota Tipe B, terdiri dari:
1. Kepala;
dengan jabatan struktural eselon IV.a.
2. Subbagian
Tata Usaha; dengan jabatan struktural eselon IV.b.
3. Kelompok jabatan fungsional.
Gambar 2.17.
Bagan struktur organisasi KPHL dan KPHP Provinsi dan Kabupaten/Kota Tipe B.
[1] http://kph.dephut.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=395:kphp-rote-ndao&catid=134:nusa-tenggara-timur&Itemid=339
Komentar
Posting Komentar