POTENSI WISATA ALAM DI WIL. KERJA UPT-KPH ROTE NDAO
Ekosistem yang unik dan khas di KPHP Rote sangat potensial dikembangkan sebagai kawasan wisata alam yang memiliki nilai jual yang tinggi. Hal tersebut seejalan dengan adanya kecenderungan masyarakat global, regional dan nasional untuk kembali ke alam maka minat masyarakat untuk berwisata ke tempat-tempat yang masih alami semakin besar. Hasil penilaian menunjukkan bahwa jenis wisata alam di KPHP Rote dapat dikembangkan dalam dua bentuk, yaitu Wisata Alam untuk Tujuan Pendidikan, Penelitian dan Minat Khusus serta Wisata Alam untuk Tujuan Rekreasi dan Wisata Umum.
1]. Wisata Alam untuk Tujuan Pendidikan, Penelitian dan Minat Khusus merupakan wisata yang terintegrasi di sekitar Laut Mati meliputi Pantai Puatedi. Jenis investasi yang dikembangkan meliputi pengembangan Jogging Track sepanjang 1,5 Km, Camping Ground / Community Park; Stasiun Pengamatan dan Penelitian; Pengembangan Hutan Pendidikan; Penginapan serta Wisata Budaya Masyarakat di Desa Sipu dan Kokardale.
2]. Wisata Alam untuk Tujuan Rekreasi dan Wisata Umum, merupakan wisata yang terintegrasi antara wisata pemandangan pegunungan, budaya dan laut yaitu, Puncak Lakamola-Desa Mukekuku-Pantai Solokae Lutu.
Jasa lingkungan merupakan
“jasa (services)” yang dihasilkan
oleh ekosistem alam yang nilai dan manfaatnya dapat dirasakan secara langsung
maupun tidak langsung oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) dalam rangka membantu memelihara dan/atau meningkatkan
kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat[1].
Pemanfaatan jasa lingkungan merupakan
kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak
lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya[2]. Dalam hal ini, KPHP Rote Ndai sangat potensial untuk dikembangkan
sebagai penyedia jasa lingkungan yaitu wisata alam.
Wisata alam secara umum diartikan adalah keseluruhan
kegiatan pariwisata yang dilakukan untuk menikmati keindahan dan melakukan
atraksi alam dengan didukung sarana dan prasarana wisata pada obyek alam
tertentu. Ragam wisata alam memiliki aneka macam jenis mulai dari air terjun,
lansekap, hutan dan kebun raya, pendakian gunung, arung jeram, diving, fishing, pantai, gua – gua,
situs alami dan budaya dan lain sejenisnya. Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan
potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha
budidaya, sehingga memungkinkan
wisatawan memperoleh kesegaran
jasmaniah dan rohaniah,
mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam
Data dari National Geographic Indonesia
(Agustus 2016) menyatakan bahwa minat kunjungan wisata ke Nusa Tenggara Timur
pada akhir Juli 2016 mencapai sejumlah 14.000 wisatawan mancanegara[1].
Umumnya kunjungan wisata pada 2 pintu yaitu melalui Labuan Bajo dan melalui El
Tari. Wisatawan yang melalui pintu di Labuan Bajo memiliki destinasi ke Pulau
Komodo atau destinasi lain seperti Pulau Rinca, Waerebo,
Kampung Bena yang dilanjutkan ke Ende, Maumere, Flores Timur dan Lembata.
Sedangkan wisatawan yang melalui pintu bandara El Tari Kupang, bisa dipastikan
menuju destinasi wisata ke Pulau Rote, Sabu, Alor dan Sumba. Kebijakan pemerintah, dalam skala regional, nasional
dan di tingkat lokal dinilai sangat mendukung pengembangan wisata alam di
Kabupaten Rote.
Dalam skala nasional, perairan Kabupaten Rote merupakan bagian dari
Kawasan Taman Nasional Perairan Laut Sawu yang kaya aka potensi kelautan. Taman
Nasional Perairan Laut Sawu dan sekitarnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur,
yang selanjutnya disebut TNP Laut Sawu meliputi perairan seluas 3.521.130,01 hektar,
yang terdiri dari 2 bagian yaitu Wilayah Perairan Selat Sumba dan Sekitarnya
seluas 567.165,64 hektar dan Wilayah Perairan Pulau Sabu-Rote-Timor-Batek dan
Sekitarnya seluas 2.953.964,37 hektar[2].
Perairan Laut Sawu bagi pembangunan di Provinsi NTT bermakna strategis, karena
hampir sebagian Kabupaten/Kota di Provinsi NTT sangat tergantung kepada Laut
Sawu yang menyumbang lebih dari 65 % potensi lestari sumberdaya ikan di Provinsi NTT. Perairan Laut
Sawu memiliki sebaran tutupan terumbu karang dengan keragaman hayati spesies
sangat tinggi di dunia yang merupakan habitat kritis sebagai wilayah
perlintasan 21 (dua puluh satu) jenis setasea,
termasuk 2 (dua) spesies paus langka, yaitu paus biru dan paus sperma. Perairan
Laut Sawu juga merupakan habitat yang penting bagi duyung, ikan pari manta, dan
penyu.
Di sisi lain, dalam tataran kebijakan di
tingkat provinsi, pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Rote Ndao termasuk
dalam klaster I, yaitu pengembangan wisata didasarkan pada kondisi geografis
dan keunggulannya meliputi wilayah Pulau Alor, Pulau Timor, Pulau Rote dan
Pulau Sabu untuk pengembangan wisata kepulauan yang bertumpu pada keindahan
pantai dan wisata minat khusus[1].
Selain itu, potensi lain yang layak dikembangkan yaitu kawasan pengembangan
mutiara, pengembangan rumput laut, pengembangan garam. Dengan potensi tersebut
diatas, maka Kabupaten Rote memiliki posisi yang strategis dan pengembangan
kawasan berbasis wisata alam dan pantai.
Kabupaten Rote secara umum dikenal sebagai
satu kesatuan kawasan tujuan wisata di Indonesia timur beserta kawasan lainnya
seperti Bali, Nusa Tenggara Barat serta Kawasan Wisata lainnya di Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya wisatawan yang datang ke
Kabupaten Rote, baik wisatawan manca negara, maupun wisatawan dalam negeri.
Kawasan wisata yang sangat dikenal di Kabupaten Rote dan telah mendapatkan
respon yang tinggi dari wisatawan diantaranya yaitu Pantai Nemberala (lokasi
surfing kelas dunia), Pantai Bo’a, Pantai Oeseli, Danau Merah dan Danau Biru,
Pantai Batu Termanu dan lain sebagainya[2].
Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rote Ndao dalam 4
tahun terakhir, sejak tahun 2012 sampai dengan Tahun 2015, rata-rata wisatawan
yang datang ke Kabupaten Rote mencapai 3.364 wisatawan/ tahun dengan komposisi
40% wisatawan mancanegara dan 60% wisatawan domestik[3].
Meskipun demikian, distribusi sebaran wisata yang berkunjung sampai dengan saat
ini belum terdistribusi merata, sebagian besar wisatawan mengunjungi obyek
wisata alam di Kabupaten Rote bagian barat dan berada di luar kawasan hutan
yang memang sudah dikenal terlebih dahulu sebelumnya.
Gambar 2.1. menunjukkan bahwa secara
geografis, Kabupaten Rote dapat dipandang sebagai satu rangkaian kawasan
pengembangan wisata alam di Indonesia bagian timur yang terhubung satu dengan
lainnya. Selain itu, potensi wisata yang berkembang pesat dapat dimanfaatkan
untuk menarik sebagian wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Rote. Kondisi
ini sudah mulai dilirik oleh sebagian pengusaha wisata, mereka menawarkan
paket-paket perjalanan yang ada di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Beberapa paket
perjalanan telah ditawarkan oleh pengusaha wisata yang ada dengan menawarkan
pesona wisata alam di Kabupaten Rote diantaranya paket trafyt.com[4],
campatour.com[5],
traveloista.com[6]
dan lain sebagainya. Meskipun demikian, wisata yang ditawarkan masih
mengelompok di Kabupaten Rote bagian barat dan lebih banyak berada di luar
kawasan KPHP.
Ekosistem yang unik dan khas di KPHP Rote sangat potensial dikembangkan sebagai kawasan wisata alam. Kawasan KPHP Rote Ndao dengan kondisi ekosistem yang sangat spesifik dan khas memiliki potensi penyedia jasa lingkungan berupa wisata alam yang sangat besar. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah mengenai pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan KPH.
Hasil rapid assesment yang dilakukan meliputi kegiatan observasi/ penilaian
lapangan, FGD dengan instansi/lembaga terkait, maka
diajukan 4 lokasi utama di Kawasan Hutan KPHP
Rote Ndao yang akan dikembangkan menjadi obyek wisata
alam. Dari ke – empat lokasi tersebut selanjutnya akan dibagi menjadi 2 tipe
wisata alam dengan pertimbangan posisi dan status kawasan (zonasi). Tipe
wisata alam yang akan dikembangkan adalah berupa:
1. Wisata alam untuk pendidikan, penelitian dan minat
khusus
Obyek
yang akan dijadikan lokasi wisata pendidikan dan minat khusus akan difokuskan
pada kawasan Blok Lindung Pemanfaatan yang ada di Kecamatan Landu Leko. Lokus
obyek akan dialokasikan di Pantai Puatedi - Laut Mati yang menjadi bagian dari
Dano Oemasapoka yang berdekatan dengan perkampungan Sipu dan Kordale. Lokasi
tersebut memiliki panorama yang menjadi kombinasi dari pantai karang – laut
mati dan hutan primer – savana. Sebagai wisata untuk pendidikan, penelitian dan
minat khusus maka, terdapat destinasi – destinasi di sekitar lokus area berupa
Dano Oekukura serta flora – fauna endemik Rote Ndao.
2. Wisata alam untuk tujuan rekreasi dan wisata umum
Obyek
yang akan dijadikan lokasi wisata umum dan rekreasi terletak di Kelompok Hutan Lindung
Pemanfaatan yang ada di Kecamatan Rote Timur lokus obyek wisata alam akan
dialokasikan di Pantai Solokae Lutu dan Puncak Lakamola. Pantai Solokae Lutu
merupakan obyek pantai sedangkan Puncak Lakamola adalah obyek darat/hutan.
4. Pantai Puatedi di Laut Mati
Pantai Puatedi merupakan daya tarik wisata yang ada di Laut Mati dalam
bentuk wisata pendidikan, penelitian dan minat khusus. Secara geografis
terletak pada koordinat UTM 536250 m E dan 8836078 m S dan secara administratif
terletak di Blok Hutan Produksi Perlindungan Desa Sotimori, Kecamatan Landu
Leko. Berjarak + 45 km dari kota Ba’a dan dapat ditempuh dalam waktu ± 2 jam.
Obyek Wisata ini memiliki daya tarik di bidang penelitian untuk jenis laut mati
– asin, susunan batuan karang yang berada di daratan (karst tua), jenis – jenis flora dan fauna endemik Rote Ndao; di
bidang pendidikan untuk tempat pelatihan, outbound,
pendidikan alam siswa serta camping
ground; serta di bidang minat khusus untuk pengamatan satwa, pengamatan
geologi, pengamatan fenomena alam berupa laut asin di daratan, community park atau lokasi seremonial
komunitas (komunitas pecinta alam, komunitas motor, komunitas pengusaha dan
lain sebagainya).
Bandara DC
Sa
|
Komentar
Posting Komentar